Rabu, 20 Juli 2016

Dapus Proposal Praktek Lapangan Gabus

DAFTAR PUSTAKA



Adi CN. 1999. Pengaruh Kombinasi HCG dan Ekstrak Kelenjar Hipofisa Ikan Mas Terhadap Proses Ovulasi Ikan Baung (Mystus nemurus C.V), Tesis S2 (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bijaksana, U. 2004. Ikanharuan di perairan Kalimantan Selatan.MakalahPengantarFalsafahSains (PPS 702). SekolahPascaSarjana/S3 InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Effendie, M.I. 1979. MetodeBiologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Bogor.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Makmur, S. 2003. BiologiReproduksi, Makanan Dan PertumbuhanIkanGabus (ChannaStriataBloch) Di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Tesis S3 (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Makmur S.,Rahardjo MF. Dan Sukimin S. 2003. Biologireproduksiikangabus (Channastriata) di daerahbanjiransungaiMusi Sumatera Selatan. Jurnal Iktiologi Indonesia. 3 (2) 56-62.

Muflikhah, N., M, Safran., N.K. Suryati. 2008. Gabus. Balai Riset Perikanan Perairan Umum.

Muslim. 2007. Potensi, peluang dan tantangan budidaya ikan gabus (Channa striata) di Povinsi Sumatera Selatan. Prosiding. Forum Perairan Umum Indonesia iv. BRPPU, Palembang.
Nurmahdi T. 2005. Pengaruh Penggunaan Hormon HCG Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Perkembngan Gonad Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr),  Tesis S2 (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Saleh R. 2009. Efektivitas Kombinasi Aromaterase Inhibitor, Antidopamin dan Ovaprim Dalam Mempercepat Pematangan Gonad dan Ovulasi Pada Ikan Sumatera (Puntius tetrazona),  Skripsi S1 (Tidak dipublikasikan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


Siregar M. 1999.  Stimulasi Pematangan Gonad Bakal induk Betina Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus F) dengan Hormon HCG, Tesis S2 (Tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cover Proposal Praktek lapangan Gabus

PROPOSAL PRAKTEK LAPANGAN

PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA (Channa striata) MENGGUNAKAN HORMON HCG DI UNIT PEMBENIHAN RAKYAT BATANG HARI SEMBILAN, OGAN ILIR

GONADAL  MATURATION OF SNAKEHEAD FISH FEMALE
 USING HCG HORMONE AT UNIT PEMBENIHAN RAKYAT
 BATANG HARI SEMBILAN, OGAN ILIR





UNSRI2







Superyadi
05121005004
 




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016




PROPOSAL PRAKTEK LAPANGAN

PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA (Channa striata) MENGGUNAKAN HORMON HCG DI UNIT PEMBENIHAN RAKYAT BATANG HARI SEMBILAN, OGAN ILIR

GONADAL  MATURATION OF SNAKEHEAD FISH FEMALE
 USING HCG HORMONE AT UNIT PEMBENIHAN RAKYAT 
BATANG HARI SEMBILAN, OGAN ILIR


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan
Kegiatan Praktek Lapangan



UNSRI2







Superyadi
05121005004


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016


LEMBAR PENGESAHAN
PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS (Channa striata) MENGGUNAKAN HORMON HCG DI UNIT PEMBENIHAN RAKYAT BATANG HARI SEMBILAN, OGAN ILIR

PROPOSAL PRAKTEK LAPANGAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan
Kegiatan Praktek Lapangan



Oleh:

Superyadi
05121005004


Indralaya,   Juli 2016
Pembimbing,


Muslim, S.Pi.,M.Si
NIP. 197803012002121003
Mengetahui,
                    Ketua Program StudiBudidaya Perairan
FakultasPertanian
                                                                             
                                                                                   
Muslim, S.Pi.,M.Si
NIP. 197803012002121003




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga proposal praktek lapangan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam tidak lupa disanjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing karena telah memberikan bimbingan dalam  penyelesaian proposal praktek lapangan ini tepat pada waktunya.
            Dalam melaksanakan praktek lapangan ini, penulis mengambil judul yaitu “Pematangan Gonad Ikan Gabus Betina (Channa striata) Menggunakan Hormon HCG di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Batanghari Sembilan, Ogan Ilir”. Dengan adanya tulisan ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
            Penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik dari pembaca atau yang menggunakan proposal ini nantinya, agar tulisan ini bisa lebih baik lagi dan bisa berguna. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Indralaya,  Juli 2016


Penulis



DAFTAR ISI
                                                                   Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Tujuan........................................................................................................... 2
1.3. Kegunaan...................................................................................................... 2                                             .............................................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gabus (C. striata)....................................... 3
2.2. Habitat dan Penyebaran................................................................................ 4
2.3. Kebiasaan Makan.......................................................................................... 4
2.4. Biologi Reproduksi Ikan Gabus.................................................................... 5
2.5. Human Chorionic Gonadotropin.................................................................. 8
BAB 3. PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
3.1. Waktu dan Tempat....................................................................................... 9
3.2. Bahan dan Metoda....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14






DAFTAR TABEL

Halaman         
Tabel 3.1. Bahan dalam Praktek Lapangan........................................................... 10
Tabel 3.2. Alat dalam Praktek Lapangan.............................................................. 10




Proposal Praktek Lapangan Gabus

BAB 1
                        PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Perairan umum di Provinsi Sumatera Selatan mempuanyai luas 2,5 juta hektar. Daerah Aliran Sungai Musi bagian tengah yang sebagian besar merupakan daerah rawa banjiran (flood plain) adalah daerah produksi ikan utama di Provinsi Sumatera Selatan dengan potensi perikanannya sebesar 50 kg/ha/tahun (Makmur, 2003). Salah satu ikan rawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah ikan gabus (Channa striata). Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan perairan umum yang bernilai ekonomis tinggi karena sangat digemari masyarakat baik dalam bentuk basah maupun olahan. Karena penggunaan ikan gabus sangat tinggi dan belum dapat dipenuhi maka harga ikan gabus dapat mencapai Rp 40.000 per kilogram (Fitriliyani, 2005).
      Kebutuhan ikan gabus yang demikian besar jumlahnya, masih tergantung dari penangkapan di alam. Intensitas penangkapan yang tinggi menyebabkan ketersediaan  ikan ini menjadi terbatas, sedangkan usaha budidaya ikan gabus belum berkembang di Indonesia. Pengembangan budidaya ikan gabus mengalami kendala karena pemijahan ikan gabus bersifat musiman. Penanganan secara hormonal merupakan sala satu alternatif untuk mengatasi masalah ini, hormon yang dapat digunakan untuk merangsang perkembangan gonad adalah hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang mampu mempercepat ritme hormon endogenous yang akan menentukan siklus aktivitas ovari, yaitu mempengaruhi pembentukan hormon testosteron. progresteron, 17α-Metiltosteteron, 20β-Hidroksidehidrogenase selama dalam proses pematangan gonad (Babiker dan Ibrahim, 1978 dalam Nurmahdi, 2005).
 Penelitian mengenai penggunaan hormon HCG untuk pematangan gonad pada ikan sudah pernah dilakukan, antara lain, pada ikan balashark (Balantiochelus melanopterus Blkr) (Muchlis, 1997) menunjukan bahwa hormon HCG dosis 250 IU per kg bobot tubuh menghasilkan nilai indeks kematangan gonad tertinggi sebesar 1,64%. Penelitian Nurmahdi (2005) tentang pengaruh penggunaan hormon HCG dengan dosis 0, 100, 200, 300 dan 400 IU per kg bobot tubuh terhadap perkembangan gonad ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) menunjukan bahawa pemberian hormon HCG dapat mempercepat proses pematangan gonad dari kondisi salin sampai matang dalam waktu empat minggu, dapat meningkatkan nilai indeks kematangan gonad dari 1,88% menjadi 14,59%, dapat meningkatkan diameter telur dari 1,30 mm menjadi 1,49 mm dan dapat meningkatkan jumlah kematangan telur 77,39%, dosis yang terbaik adalah 300 IU per kg bobot tubuh.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktik lapangan ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur ikan gabus betina yang disuntik dengan hormon HCG.

1.3.  Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktik lapangan ini untuk mendapatkan informasi
tentang ikan gabus yang disuntik dengan hormon HCG.




 




 

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Gabus (Channa striata)
Menurut Cholik (2005)  klasifikasi ikan gabus adalah sebagai berikut :
filum                : Chordata
kelas:               : Pisces
ordo                 : Ophiochephaloidae
famili                : Ophicepholidae
genus               : Channa
spesies             : Channa striata
  Ikan gabus memiliki ciri–ciri bentuk tubuh ikan memanjang, berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai Snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala dan permukaannya kasar. Sirip punggung panjang yang dasarnya mencapai pangkal ekor, dan bagian perut (abdominal) berwarna putih. Sirip ekor berbentuk bundar (Kottelat et al., 1993 dalam Bijaksana, 2004).
Ikan ini berukuran besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1 m dengan tubuh bulat memanjang. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, be   rcoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam. Ikan ini hidup di muara-muara sungai dan danau (Susanto, 2006).
Menurut Cholik et al., (2005) ikan gabus juga memiliki organ tambahan untuk pernafasan atau pengambilan oksigen dari udara secara langsung. Sisi badan ikan gabus mempunyai pita berbentuk “<” mengarah ke depan, dan memiliki sisik antara gurat sisi dan pangkal jari-jari sirip punggung bagian depan.


2.2. Habitat dan Penyebaran
Menurut  Muslim (2007)  habitat  ikan gabus adalah perairan rawa banjiran yang lebih dikenal dengan  istilah lebak lebung. Susanto (2006) menyatakan ikan ini cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, atau wilayah bebatuan  untuk bersembunyi serta  hidup di sungai, rawa dengan kedalaman 40 cm, dan menyukai perairan yang dangkal.
Penyebaran ikan ini berada di wilayah Jawa, Sulawesi, Maluku, India,   Indocina,  Srilanka, Filipina dan Cina. Di Kalimantan Selatan terdapat hampir di semua jenis perairan umum (rawa pasang surut, sungai kecil dan waduk). Habitat ikan ini di lahan basah Sungai Nagara Kalimantan Selatan dan sungai-sungai kecil, danau maupun rawa (Susanto, 2006).

2.3. Kebiasaan Makan
Ikan gabus  termasuk golongan karnivora. Jenis pakan yang disukai adalah ikan-ikan kecil, cacing, atau organisme lainnya. Ikan ini bisa memakan makanan dalam jumlah yang besar setiap harinya (Susanto, 2006). Pada masa larva ikan gabus memakan zooplankton seperti Daphnia sp. dan Cyclops, pada ukuran benih makanannya berupa serangga, udang, dan ikan kecil. Pada  ukuran dewasa memakan ikan, udang, serangga, katak dan cacing (Muflikhah et al., 2008).
Menurut Kordi (2009) makanan untuk ikan gabus yang dipelihara berupa ikan-ikan kecil. Dari hasil penelitian Suryanti et al., (1997) dalam Kordi (2009) menyatakan bahwa ikan gabus yang diberi pakan pelet dengan kandungan protein pakan 35% merupakan protein yang menghasilkan pertambahan bobot tertinggi. Namun dibandingkan dengan pertambahan bobot ikan bagus yang diberi ikan rucah, pertambahan bobot ikan yang diberi pelet masih rendah. Secara visual ikan yang diberi pelet masih mempunyai kekurangan, yaitu mempunyai kandungan lemak tinggi, terutama dibagian perut sehingga tekstur dagingnya tidak seperti ikan gabus yang diberi pakan ikan rucah, yaitu kenyal.

 

2.4. Biologi Reproduksi Ikan Gabus
2.4.1.Tingkat kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu dari perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Kematangan gonad ikan terjadi sesaat ikan akan memijah. Pada saat tersebut gonad akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama proses reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan digunakan untuk perkembangan gonadnya (Effendie, 2002).
Dasar yang ditentukan untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan diameter telur. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan, karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad ikan betina lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat dalam testis (Effendie, 2002).
Menurut Utomo et al.(1992) Chen (1976) dalam Makmur (2003), ikan gabus dan jenis ikan rawa lainnya melakukan pemijahan diawal atau pertengahan musim hujan. Berdasarkan Kartamihardja (1994) dalam Makmur (2003), yang melakukan penelitian di Waduk Kedungombo Jawa Tengah diperoleh indeks kematangan gonad ikan gabus betina meningkat mulai dari 1,16% pada tingkat kematangan I samapai mencapai 4,15% pada tingkat kematangan V yang kemudian menurun tajam ppada tingkat kematangan VI, yang menunjukan penurunan berat gonad karena terjadinya pelepasan telur saat memijah.
Tingkat kematangan gonad ikan secara morfologi menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) dalam Effendie (2002) adalah :
1.    Dara
Organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung. Testis dan ovarium transparan, tidak berwarna sampai abu-abu. Belum terbentuk telur.
2.    Dara berkembang
Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Telur terlihat dengan kaca pembesar.
 

3.    Perkembangan I
Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan pembuluh darah kapiler. Mengisih kira-kira setengah ruang kebagian bawah. Telur dapat terlihat oleh mata seperti serbuk putih.
4.    Perkembangan II
Testis putih kemerah-merahan. Tidak ada pati jantan atau sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat jelas dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kiradua per tiga ruang bawah.
5.    Bunting
Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis warnanya putih. Telur bentuknya bulat, beberapa daripadanya jernih dan masak.
6.    Mijah
Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan. Kebanyakan telurnya berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.
7.    Mijah/Salin
Belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bentuknya bulat telur.
8.    Salin
Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur dalam keadaan sedang dihisap kembali.
9.    Pulih Salin
Testis dan ovarium jernih, abu-abusamapai merah.

2.4.2. Indek Kematangan Gonad
Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai dengan selesai (Effendie, 2002).
Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen sebagai perbandingan  berat gonad dengan berat tubuh ikan. Ketika ikan dewasa secara seksual, produksi seks akan matang dan kegiatan reproduksi akan berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini yaitu faktor internal yang berasal dari diri ikan, yaitu meliputi jenis ikan dan hereditasnya, makanan dan faktor fisiologi yang hakikatnya sangat sulit dipisahkan dari hereditasnya. Sedangkan faktor eksternal adalah lamanya penyinaran, suhu dan naiknya permukaan air pada musim penghujan (Effendie,2002).
Secara keseluruhan nilai indeks kematangan gonad ikan gabus berkisar antara 0,01% sampai 4,83%, indeks kematangan gonad ikan dipengaruhi  oleh bobot gonad. Bobot gonad ikan gabus cenderung naik dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad (Makmur, 2003).

2.4.3. Fekunditas                     
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan akan memijah. Jumlah telur ikan yang terdapat pada ovari ikan dinamakan fekunditas mutlak. Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan disebut fekunditas nisbi dan fekunditas ikan selama hidupnya disebut fekunditas total (Effendie, 2002).
Perhitungan fekunditas adalah perhitungan terhadap gonad ikan yang sudah masak yang diperkirakan tidak lama lagi akan berpijah. Dalam kenyataannya sering dilakukan terhadap ikan yang gonadnya belum masak benar tetapi butir telur ikan tersebut sudah dapat dipisahkan. Bila demikian maka sebaiknya tingkat kematangan gonad ikan dinyatakan dengan tepat agar mendapat gambaran sebenarnya terutama kalau dihubungkan dengan parameter lainnya (Effendie, 2002).
Menurut Kartamihardja (1994) dalam Makmur (2003), yang melakukan penelitian biologi reproduksi populasi ikan gabus di Sumatera Selatan, ikan tersebut memijah dengan perbandingan kelamin jantan dan betina 1:1. Fekunditas ikan gabus yang dihitung dari 24 individu dengan kisaran panjang total antara 18,5 – 50,5 cm, kisaran bobot antara 60 – 1020 gram dan bobot gonad antara 2,70 – 16,02 gram, fekunditas berkisar antara 2585 – 12880 butir. Fekunditas tersebut lebih banyak dari rata-rata fekunditas ikan gabus yang terdapat di rawa-rawa Pekanbaru Riau yang berkisar antara 1190 – 11307 butir telur. Hal ini dikarenakan ikan gabus yang diteliti di rawa-rawa Pekanbaru lebih kecil yaitu panjang antara 165 – 360 mm dengan bobot antara 35 – 375 gram dan bobot gonad antara0,82 – 7,84 gram.

2.4.4.Diameter Telur
Pengukuran diameter pada gonad yang sudah matang berguna untuk menduga frekuensi pemijahan, yaitu denganmodus penyebarannya. Telur-telur ikan gabus yang telah dibuahi mengapung pada busa, diameter telur ikan gabus sekitar 1,5 mm (Makmur, 2003), sedangkan menurut Duong Nhut Long et al (2002) dalam Makmur (2003) ukuran telur ikan gabusrata-rata pada TKG IV adalah antara 0,20 – 1,6 mm.
 

2.4.Human Chorionic Gonadotropin
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) merupakan hormon gonadotropin yang disekresikan oleh wanita hamil dan disintesis oleh sel-sel sintitio tropoblas dari plasenta dan mempunyai bobot molekul 38600 Dalton. Hormon HCG terdiri dari dua rangkaian rantai peptide atau subunit, yaitu alpha yang mengandung 92 asam amino dan beta 145 asam amino (Liebermanm, 1995 dalam Adi, 1999).
Menurut Siregar (1999), HCG adalah hormon gonadotropin yang merupakan glikoprotein yang berasal dari darah maupun urin wanita hamil yang dihasilkan oleh jaringan plasenta. Sebagai gonadotropin, HCG langsung kerja pada tingkat gonad untuk menginduksi pematangan gonad akhir dan ovulasi. Pengaruh HCG lebih cepat daripada GnRH, namun sirkulasinya dalam tubuh ikan lebih pendek.  Hasil Penelitian Siregar (1999) menunjukan bahwa penyuntikan HCG pada Jambal siam secara periodik dapat menstimulasi pematangan gonad baik bobot 1000 gram (dosis 50 IU) maupun 500 gram (dosis 200 IU).
Kemampuan hormon HCG dalam merangsang perkembangan diameter telur dan gonad telah diuji juga oleh Watanabe et al. (1995) dalam Nurmahdi (2005) dengan menggunakan HCG dengan dosis 500 IU per kg bobot tubuh pada ikan kerapu (Epinephelus striatus). Pemberian HCG dapat meningkatkan diameter telur dari 524 – 708 µm menjadi 752 – 945 µm, sedangkan adanya penyuntikan HCG 100 – 500 IU per kg bobot tubuhpada Clariasma crocephalus dapat meningkatkan diameter telur dari 1196 ± 31 µm menjadi 1458± 12 µm.
Hasil penelitian Nurmahdi (2005) pemberian hormon HCG dapat meningkatkan perkembangan diameter telur, Indek Gonado Somatik (IGS) dan kematangan telur ikan baung. Pemberian hormon HCG dengan dosis yang sesuai kebutuhan ikan akan menghasilkan ketersediaan hormon estradiol-17β dalam darah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam proses reproduksi dan selanjutnya akan menghasilkan perkembangan diameter telur dan gonad serta kematangan telur.


















BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN

3.1. Waktu dan Tempat
Praktik lapangan ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2016 di Unit Pembenihan  Rakyat (UPR) Batanghari Sembilan komplek perumahan griya sejahtera blok C3 no.1 Desa Tanjung pering Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan lIir.

3.2. Bahan dan Metoda
3.2.1. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan selama Praktik Lapangan disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1. Bahan selama Praktik Lapangan
No
Bahan
Spesifikasi
Kegunaan
1
Induk ikan gabus betina
Bobot 85-105 gram per ekor
Ikan uji
2
HCG
300 IU per ml
Perangsang pematangan gonad
3
Benih ikan nila
Bobot 0,5-1 gram per ekor
Pakan ikan uji

Adapun alat yang akan digunakan selama Praktik Lapangan disajikan pada Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2. Alat selama Praktik Lapangan
No
Alat
Spesifikasi
Kegunaan
1
Timbangan digital
Ketelitian 0,1 gram
Untuk menimbang bobot ikan
2
Timbangan digital
Ketelitian 0,01 gram
Untuk menimbang bobot gonad ikan
3
Syringe
Volume 1 ml
Untuk menyuntk HCG ke ikan gabus
4
Waring
1m x 1m x 1m
Tempat pemeliharaan gabus
5
Cawan Petri
Diameter 90 mm
Tempat menampung telur
6
Mistar
Ketelitian 0,1 cm
Untuk mengukur panjang ikan
7
Mikroskop
Okuler 10x dan Objektif 40x
Untuk mengamati ukuran diameter telur
8
Alat bedah
-
Untuk membedah ikan
9
Mikro pipet
Ketelitian 0,01 ml
Untuk mengukur volume HCG
10
Gelas objek
-
Tempat meletakan telur saat diamati dimikroskop
11
Mikrometer
-
Untuk mengetahui diameter telur

3.2.2. Metoda
3.2.2.1. Seleksi Ikan Uji
Ikan gabus betina diseleksi dengan melihat kelengkapan anggota tubuh,tidak cacat, tidak luka dan berat 85-105 gram, ikan gabus yang digunakan memiliki tingkat kematangan gonad tahap I yaitu dara, untuk mengetahui ikan tersebut memiliki tingkat kematangan gonad tahap I. Menurut Kesteven (1968) dalam Effendie (2002) menyatakan TKG I adalah organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung, ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu, telur belum terbentuk.

3.2.2.2. Penyuntikan HCG
Ikan gabus disuntik dengan hormon HCG, dosis penyuntikan 300 IU per kg bobot ikan. Penyuntikan dilakukan dibawah sirip punggung dengan kemiringan jarum suntik 450 ke arah kepala, penyuntikan dilakukan 1 kali. Sebelum disuntik kepala ikan ditutup dengan kain basah untuk mengurangi stres. Penyuntikan dilakukan pada sore hari jam 16:00 WIB, untuk meminimalisir tingkat stres pada ikan.

3.2.2.3. Pemeliharaan Ikan uji
Pemeliharaan ikan uji dalam waring (1x1x1 meter) yang ditempatkan dalam kolam rawa. Selama pelaksanaan praktek lapangan ikan diberi pakan berupa anak ikan nila (0,5-1 gram per ekor). Pemberian pakan diberikan 3 kali dalam sehari yaitu pagi jam jam 07:00 WIB, siang jam12:00 WIB dan sore jam 17:00 WIB, sebanyak 2 ekor benihikan nila per ikan gabus.

3.2.2.4. Pembedahan Ikan Uji
Setelah 30 hari pasca penyuntikan hormon HCG, ikan gabus dibedah untuk diamati tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas mutlak dan diameter telur.

3.2.3. Parameter Yang Diamati
Parameter-parameter yang diamati dalam praktek lapangan ini adalah :

3.2.3.1. Tingkat kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad diamati secara morfologi, yang terdiri atas bentuk gonad, warna gonad, ukuran panjang dan berat gonad (Effendie, 2002). Indeks kematangan gonad dan diameter telur dianalisis juga untuk menentukan tingkat kematangan gonad.

3.2.3.2. Indeks Kematangan Gonad
Nilai indeks kematangan gonad dihitung berdasarkan Effendie (1979) dengan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
IKG     : Indeks kematangan gonad
Bg       : Bobot gonad (gram)
Bt        : Bobot ikan total (gram)

3.2.3.3. Fekunditas Mutlak
Fekunditas mutlak dihitung dengan cara gavimetrik, berdasarkan Effendie (1979), dengan rumus : X/x = G/g
 

Keterangan :
X = Fekunditas mutlak (butir)
x  = Jumlah telur dari sebagian kecil gonad (diketahui) (butir)
G = Bobot (gram) seluruh gonad
g  = Bobot (gram) sebagian gonad

3.2.3.4. Diameter Telur
Diameter telur ikan diukur sebanyak 100 butir telur untuk 1 ikan sampel. Alat untuk mengukur diameter telur berupa mikroskop binokuler yang telah dilengkapi mikrometer. Hasil pengukuran diameter telur dibawah mikroskop dikonversikan menggunakan rumus Cindelaras (2005) dalam Saleh (2009) :
A = B/0,4 x 0,01 mm
Keterangan :
A     = Ukuran sebenarnya (mm)
B     = Angka yang terbaca pada mikrometer
0,4   = Perbesaran lensa objektif 40x
0,01 = Nilai dari satuan yang ada pada preparat


3.2.3.5.  Analisis Data
Data yang diperoleh dari praktik lapangan merupakan data primer dan sekunder  dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan dilaporkan dalam bentuk poster.